Cerita Rakyat Jambi : Putri Cantik Pinang Masak
Cerita rakyat - Ditanah Jambi, terkenal sebuah nama yang tak lagi asing yaitu Pinang Masak, ia adalah seorang putri yang cantiknya tiada tara. Ia diwarisi sebuah kerajaan megah dan amat besar. Ia juga memimpin beberapa kerajaan lain. Tutur katanya sangat baik hingga terkenal ke seluruh penjuru negeri. Ia terkenal dengan kebijaksanaannya dalam memimpin sehingga rakyatnya mengabdi tanpa rasa takut.
Karena kecantikannya, Pinang Masak disukai banyak lelaki. Banyak yang meminangnya sebagai permaisuri. Namun, Pinang Masak selalu menilai bahwa orang-orang yang meminangnya tidaklah mencintainya setulus hati. Ia selalu berpikiran bahwa laki-laki itu hanya melihat kecantikan fisik miliknya.
Hingga pada suatu hari, datanglah seorang raja bernama Tan Talanai yang menginginkan Pinang Masak untuk dijadikan istri sekaligus permaisuri. Tan Talanai ini datang dari luar tanah Jambi. Ia mendengar kecantikan Pinang Masak dan ingin memiliki sang ratu secara utuh.
Mengetahui niat jahat Tan Talanai, Pinang Masak mengatur siasat dengan para abdi didalam kerajaan. Beberapa pendapat disampaikan kepada sang ratu. Ada yang berpendapat, jika nanti Tan Talanai datang, sang ratu muncul dengan keadaan yang menyedihkan sehingga keinginan untuk meminang sang ratu menjadi pupus. Ada pula yang berpendapat bawah Pinang Masak meninggalkan kerajaan untuk sementara waktu. Hal itu untuk menghindari kekejaman dan keserakahan Tan Talanai. Abdi yang lain berpendapat bahwa Pinang Masak harus memberikan syarat yang sangat berat kepada Tan Talanai.
Akhirnya Pinang Masak menerima saran abdinya yang terakhir yaitu memberikan syarat yang amat berat. Ia pun mengatur strategi yang tepat. Pada hari yang telah ditentukan, Tan Talanai berkunjung ke istana di kerajaannya. Ia nanti akan meminta syarat yang tidak mungkin dapat dilakukan oleh Tan Talanai.
“Akhirnya aku bertemu denganmu Putri Pinang Masak.” Sapa Tan Talanai saat pertama kali bertemu dengan Putri Pinang Masak.
“Selamat datang di kerajaanku Tuan Talanai. Senanglah kiranya aku sebagai tuan rumah dikunjungi raja besar sepertimu.” Sambut Putri Pinang Masak dengan ramah.
“Kerajaanmu yang elok ini sangatlah senang aku kunjungi. Aku akan berkeliling untuk menikmati daerah kekuasaanmu.” Puji Tan Talanai ketika diajak berkeliling sang ratu.
“Silakan Tuan Talanai. Aku akan bersenang hati jika Tuan berkarib dengan penduduk di sini. Lalu, laporkan saja padaku jika Tuan bertemu dengan penduduk yang tak ramah.” Pinang Masak memberikan jaminan kepada Tan Talanai.
“Terima kasih Pinang Masak. Kau memang tuan rumah yang ramah. Terimalah ini hasil upeti dari kerajaan milikku.” Tan Talanai memberikan barang-barang mewah miliknya pada sang ratu.
“Adakah maksud Tuan dengan memberikan perhiasan-perhiasan ini?” Pinang Masak bertanya dengan nada curiga.
“Tidak ada maksud lain Pinang Masak. Kau jangan curiga padaku yang datang berkunjung.
” Tan Talanai menjawab dengan tenang pertanyaan Pinang Masak, perempuan yang ingin dipinangnya. Pinang Masak telah mengetahui keinginan Tan Talanai. Didalam hatinya, ia merasakan kecamuk yang nanti akan merugikan dirina dan kerajaan. Namun Pinang Masak telah menyiapkan diri jika Tan Talanai melakukan kecurangan.
“Tapi begini Pinang Masak.” Nada Tan Talanai terdengar ragu.
“Ada apakah gerangan ?”Pinang Masak mencoba menebak arah pembicaraan Tan Talanai.
“Mungkin kau telah mendengar kabar yang dibawa angin, bahwa kedatanganku ke tempat ini bukan hanya untuk sekedar berkunjung.”
“Apa maksud Tuan ?” ulur Pinang Masak.
“Begini Pinang Masak, kau adalah seorang perempuan yang memimpin sebuah kerajaan besar, dan kau masih sendiri, masih belum berkeluarga…” Tan Talanai tidak melanjutkan kalimatnya.
“Mengapa Tuan tidak melanjutkan kalimat ? Apakah Tuan Lelah ? Baiklah jika begitu, aku akan antar Tuan ke tempat…”
“Tunggu.” Tan Talanai memotong ucapan Pinang Masak. “Aku hanya ingin mengatakan, maukah kau menerima lamaran menjadi istri, Pinang Masak ?” Ucap Tan Talanai dengan mantap.
“Terima kasih Tuan. Aku merasa sangat tersanjung mendapat pinangan dari Tuan.”kata Pinang Masak dengan tegas.
“Kau tidak perlu menjawabnya saat ini juga Pinang Masak. Kau dapat memikirkannya dulu,”
Baca juga : Cerita Rakyat mengenai 3 Desa di Jambi
“Tuan, untuk saat ini, aku masih ingin memerintah kerajaan tanpa dibebani pikiran yang lain. Wilayah kerajaan sangatlah luas, aku berkeinginan untuk mengembangkan kerajaan ini. Dan semua itu membutuhkan konsentrasi yang tinggi, Tuan.”tolak Pinang Masak dengan halus.
“Keinginan yang mulia. Namun, bukankah jika menikah denganku, bebanmu berkurang dan keinginanmu akan menjadi kenyataan ? Kita dapat menyatukan dua kerajaan kita, menjadi super besar.”
“Tapi aku belum ingin menikah.”
“Apa maksud perkataanmu, Putri ?”
“Jangan marah, Tuan.”
“Akan kuulang pertanyaanku sekali lagi. Pinang Masak, apakah kau mau menjadi istriku?”
“Tuan, aku tidak suka dipaksa. Namun jika Tuan tetap memaksa, maka ada syarat yang harus Tuan penuhi.”
“Ajukan syaratmu, Putri. Syarat apapun pasti akan kupenuhi demi kau menjadi istriku.”
“Begini permintaanku, Tuan. Tuan harus mampu membuat istana megah untukku dalam waktu satu malam. Jika kau tela mendengar suara ayam berkokok dan kau belum menyelesaikannya, itu artinya kau gagal dalam memenuhi persyaratanku. Dan aku minta dengan hormat, kau harus meninggalkan tanah kerajaan kami dan kau harus memberikan kerajaanmu untukku. Jika Tuan mampu menyelesaikan permintaanku ini, maka kau bebas meminang aku dan memilikiku sebagai istrimu serta kerajaan ini menjadi milikmu.”
“Baiklah. Aku akan penuhi permintaanmu. Kau akan lihat besok istana megah akan berdiri disamping kerajaanmu.”
Tentu saja Pinang Masak sudah menduga akan mendapat jawaban pasti dan penuh kesombongan dari Tan Talanai. Ia tidak takut karena telah menyusun strategi untuk mematahkan keinginan Tan Talanai. Sementara itu, Tan Talanai meninggalkan ruangan.
Perbincangan ini langsung menyebar ke seluruh penjuru negeri. Penduduk banyak menaruh curiga atas persyaratan yang tak masuk akal ini. Siapapun tahu bahwa membangun sebuah istana dalam semalam adalah hal yang mustahil.
Beberapa penduduk berada di lapangan. Suasana yang sangat berbeda dengan hari biasanya. Mereka sedang memperhatikan keramaian yang dibuat oleh prajurit Tan Talanai. Untuk persiapan membangun istana, Tan Talanai mengerahkan seluruh prajurit dan bala tentaranya untuk mengumpulkan bahan utama yang akan digunakan nanti malam.
Melihat niat Tan Talanai, beberapa penduduk berpikir bahwa Tan Talanai akan menggunakan ilmu gaib untuk menyelesaikan pekerjaannya itu. Ada pula penduduk yang berdoa agar usaha Tan Talanai gagal sehingga Tan Talanai tidak akan menikahi Pinang Masak.
Malampun akhirnya tiba, suasana yang biasanya sunyi, kini ramai bukan main. Tan Talani begitu bersemangat memimpin pembangunan istana yang baru saja dimulai. Ia mengerahkan seluruh makhluk gaib untuk membantu pekerjaannya agar selesai tepat waktu.
Malam itu bulan menerangi permukaan bumi dengan indahnya, seolah ingin menjadi saksi bisu akan didirikannya istana megah. Ada pula penduduk yang mengintip pembangunan tersebut. Mereka merasa heran melihat bahan bangunan yang beterbangan. Dugaan mereka ternyata benar bahwa ada makhluk gaib yang turut campur tangan dalam pembangunan ini.
Di dalam kamarnya, Pinang Masak telah menerka apa yang dilakukan Tan Talanai di luar sana. Meskipun begitu, ia telah siap dengan rencana yang telah disusun sebelumnya. Para abdinya menemani Pinang Masak di luar kamar.
Malam pun semakin larut. Tan Talanai semakin senang. Sebentar lagi Pinang Masak akan menjadi istrinya. Ia tidak tau bahwa ada siasat yang dilakukan Pinang Masak. Senyum Tan Talanai semakin lebar ketika melihat pembangunan istananya akan segera berakhir.
Pinang Masak diam-diam keluar dari kamarnya. Para abdinya tertidur dengan nyenyak. Ia tersenyum memandangi wajah para abdinya yang dengan ikhlas membantunya menjalankan kerajaan. Kakinya melangkah pasti menuju halaman belakang istana.
Tanpa bersuara, Pinang Masak menyalakan api di kendang ayam. Seolah diberi komando, ayam-ayam itu terbangun dan segera berkokok dengan ramai. Kokokan ayam itu terdengar hingga telinga Tan Talanai.
Tentu saja Tan Talanai terkejut mendengar kokok ayam, ia memandang langit yang masih gelap dan belum ada tanda-tanda fajar akan segera muncul. Namun kokokan ayam sudah riuh terdengar ramai di penjuru istana.
“Berhenti ! Berhenti semua. Kita kalah.”wajah Talanai sedih. Ia berjalan menuju istana tempat Pinang Masak beristirahat.
“Anda kalah, Tuan.”sambut Pinang Masak melihat raut wajah sedih Talanai.
“Kau benar. Aku tak mengerti mengapa ayam-ayam itu berkokok padahal langit masih hitam dan gelap.” Ucap Talanai merasa curiga.
“Semuanya telah ditentukan Sang Kuasa.”
“Baiklah, aku akan menerima kekalahan ini.” Ujar Talanai lesu.
“Kalau begitu, Tuan boleh meninggalkan tempat ini sekarang juga. Karena sebelumnya kita telah bersepakat, Tuan.”
“Ya.”Talanai terperanjat. “Aku akan pergi dari sini. Terima kasih untuk kesempatan yang kau berikan padaku. Kuberikan kerajaanku padamu. Keinginanmu tercapai, Putri. Kau telah mengembangkan kerajaanmu dalam waktu semalam.”
“Terima kasih, Tuan. Aku anggap itu sanjungan. Aku tahu bahwa Tuan adalah laki-laki sejati. Aku sangat berterima kasih dengan sikapmu. Aku berjanji akan mengembangkan kerajaan yang telah menjadi milikku dengan sebaik-baiknya.”
Tak berapa lama, Tan Talanai meninggalkan kerajaan yang dikuasai Pinang Masak. Wajah sedih terbaca di raut para prajurit. Kini mereka memiliki pemimpin yang berbeda, yakni Pinang Masak.
Diceritakan bahwa Tan Talanai kembali ke negerinya di luar wilayah Nusantara. Sementara itu, Pinang Masak memimpin kerajaan yang sangat besar. Nama Pinang Masak pun semakin luas terdengar ke berbagai penjuru. Namanya terkenal hingga ke wilayah Jawa. Pinang yang dikenal dalam bahasa Jawa dengan nama Jambe, semakin mengekalkan nama kota Jambi sebagai lintasan perdagangan di wilayah yang besa
Karena kecantikannya, Pinang Masak disukai banyak lelaki. Banyak yang meminangnya sebagai permaisuri. Namun, Pinang Masak selalu menilai bahwa orang-orang yang meminangnya tidaklah mencintainya setulus hati. Ia selalu berpikiran bahwa laki-laki itu hanya melihat kecantikan fisik miliknya.
Hingga pada suatu hari, datanglah seorang raja bernama Tan Talanai yang menginginkan Pinang Masak untuk dijadikan istri sekaligus permaisuri. Tan Talanai ini datang dari luar tanah Jambi. Ia mendengar kecantikan Pinang Masak dan ingin memiliki sang ratu secara utuh.
Mengetahui niat jahat Tan Talanai, Pinang Masak mengatur siasat dengan para abdi didalam kerajaan. Beberapa pendapat disampaikan kepada sang ratu. Ada yang berpendapat, jika nanti Tan Talanai datang, sang ratu muncul dengan keadaan yang menyedihkan sehingga keinginan untuk meminang sang ratu menjadi pupus. Ada pula yang berpendapat bawah Pinang Masak meninggalkan kerajaan untuk sementara waktu. Hal itu untuk menghindari kekejaman dan keserakahan Tan Talanai. Abdi yang lain berpendapat bahwa Pinang Masak harus memberikan syarat yang sangat berat kepada Tan Talanai.
Akhirnya Pinang Masak menerima saran abdinya yang terakhir yaitu memberikan syarat yang amat berat. Ia pun mengatur strategi yang tepat. Pada hari yang telah ditentukan, Tan Talanai berkunjung ke istana di kerajaannya. Ia nanti akan meminta syarat yang tidak mungkin dapat dilakukan oleh Tan Talanai.
“Akhirnya aku bertemu denganmu Putri Pinang Masak.” Sapa Tan Talanai saat pertama kali bertemu dengan Putri Pinang Masak.
“Selamat datang di kerajaanku Tuan Talanai. Senanglah kiranya aku sebagai tuan rumah dikunjungi raja besar sepertimu.” Sambut Putri Pinang Masak dengan ramah.
“Kerajaanmu yang elok ini sangatlah senang aku kunjungi. Aku akan berkeliling untuk menikmati daerah kekuasaanmu.” Puji Tan Talanai ketika diajak berkeliling sang ratu.
“Silakan Tuan Talanai. Aku akan bersenang hati jika Tuan berkarib dengan penduduk di sini. Lalu, laporkan saja padaku jika Tuan bertemu dengan penduduk yang tak ramah.” Pinang Masak memberikan jaminan kepada Tan Talanai.
“Terima kasih Pinang Masak. Kau memang tuan rumah yang ramah. Terimalah ini hasil upeti dari kerajaan milikku.” Tan Talanai memberikan barang-barang mewah miliknya pada sang ratu.
“Adakah maksud Tuan dengan memberikan perhiasan-perhiasan ini?” Pinang Masak bertanya dengan nada curiga.
“Tidak ada maksud lain Pinang Masak. Kau jangan curiga padaku yang datang berkunjung.
” Tan Talanai menjawab dengan tenang pertanyaan Pinang Masak, perempuan yang ingin dipinangnya. Pinang Masak telah mengetahui keinginan Tan Talanai. Didalam hatinya, ia merasakan kecamuk yang nanti akan merugikan dirina dan kerajaan. Namun Pinang Masak telah menyiapkan diri jika Tan Talanai melakukan kecurangan.
“Tapi begini Pinang Masak.” Nada Tan Talanai terdengar ragu.
“Ada apakah gerangan ?”Pinang Masak mencoba menebak arah pembicaraan Tan Talanai.
“Mungkin kau telah mendengar kabar yang dibawa angin, bahwa kedatanganku ke tempat ini bukan hanya untuk sekedar berkunjung.”
“Apa maksud Tuan ?” ulur Pinang Masak.
“Begini Pinang Masak, kau adalah seorang perempuan yang memimpin sebuah kerajaan besar, dan kau masih sendiri, masih belum berkeluarga…” Tan Talanai tidak melanjutkan kalimatnya.
“Mengapa Tuan tidak melanjutkan kalimat ? Apakah Tuan Lelah ? Baiklah jika begitu, aku akan antar Tuan ke tempat…”
“Tunggu.” Tan Talanai memotong ucapan Pinang Masak. “Aku hanya ingin mengatakan, maukah kau menerima lamaran menjadi istri, Pinang Masak ?” Ucap Tan Talanai dengan mantap.
“Terima kasih Tuan. Aku merasa sangat tersanjung mendapat pinangan dari Tuan.”kata Pinang Masak dengan tegas.
“Kau tidak perlu menjawabnya saat ini juga Pinang Masak. Kau dapat memikirkannya dulu,”
Baca juga : Cerita Rakyat mengenai 3 Desa di Jambi
“Tuan, untuk saat ini, aku masih ingin memerintah kerajaan tanpa dibebani pikiran yang lain. Wilayah kerajaan sangatlah luas, aku berkeinginan untuk mengembangkan kerajaan ini. Dan semua itu membutuhkan konsentrasi yang tinggi, Tuan.”tolak Pinang Masak dengan halus.
“Keinginan yang mulia. Namun, bukankah jika menikah denganku, bebanmu berkurang dan keinginanmu akan menjadi kenyataan ? Kita dapat menyatukan dua kerajaan kita, menjadi super besar.”
“Tapi aku belum ingin menikah.”
“Apa maksud perkataanmu, Putri ?”
“Jangan marah, Tuan.”
“Akan kuulang pertanyaanku sekali lagi. Pinang Masak, apakah kau mau menjadi istriku?”
“Tuan, aku tidak suka dipaksa. Namun jika Tuan tetap memaksa, maka ada syarat yang harus Tuan penuhi.”
“Ajukan syaratmu, Putri. Syarat apapun pasti akan kupenuhi demi kau menjadi istriku.”
“Begini permintaanku, Tuan. Tuan harus mampu membuat istana megah untukku dalam waktu satu malam. Jika kau tela mendengar suara ayam berkokok dan kau belum menyelesaikannya, itu artinya kau gagal dalam memenuhi persyaratanku. Dan aku minta dengan hormat, kau harus meninggalkan tanah kerajaan kami dan kau harus memberikan kerajaanmu untukku. Jika Tuan mampu menyelesaikan permintaanku ini, maka kau bebas meminang aku dan memilikiku sebagai istrimu serta kerajaan ini menjadi milikmu.”
“Baiklah. Aku akan penuhi permintaanmu. Kau akan lihat besok istana megah akan berdiri disamping kerajaanmu.”
Sumber: sampul buku pinang masak |
Tentu saja Pinang Masak sudah menduga akan mendapat jawaban pasti dan penuh kesombongan dari Tan Talanai. Ia tidak takut karena telah menyusun strategi untuk mematahkan keinginan Tan Talanai. Sementara itu, Tan Talanai meninggalkan ruangan.
Perbincangan ini langsung menyebar ke seluruh penjuru negeri. Penduduk banyak menaruh curiga atas persyaratan yang tak masuk akal ini. Siapapun tahu bahwa membangun sebuah istana dalam semalam adalah hal yang mustahil.
Beberapa penduduk berada di lapangan. Suasana yang sangat berbeda dengan hari biasanya. Mereka sedang memperhatikan keramaian yang dibuat oleh prajurit Tan Talanai. Untuk persiapan membangun istana, Tan Talanai mengerahkan seluruh prajurit dan bala tentaranya untuk mengumpulkan bahan utama yang akan digunakan nanti malam.
Melihat niat Tan Talanai, beberapa penduduk berpikir bahwa Tan Talanai akan menggunakan ilmu gaib untuk menyelesaikan pekerjaannya itu. Ada pula penduduk yang berdoa agar usaha Tan Talanai gagal sehingga Tan Talanai tidak akan menikahi Pinang Masak.
Malampun akhirnya tiba, suasana yang biasanya sunyi, kini ramai bukan main. Tan Talani begitu bersemangat memimpin pembangunan istana yang baru saja dimulai. Ia mengerahkan seluruh makhluk gaib untuk membantu pekerjaannya agar selesai tepat waktu.
Malam itu bulan menerangi permukaan bumi dengan indahnya, seolah ingin menjadi saksi bisu akan didirikannya istana megah. Ada pula penduduk yang mengintip pembangunan tersebut. Mereka merasa heran melihat bahan bangunan yang beterbangan. Dugaan mereka ternyata benar bahwa ada makhluk gaib yang turut campur tangan dalam pembangunan ini.
Di dalam kamarnya, Pinang Masak telah menerka apa yang dilakukan Tan Talanai di luar sana. Meskipun begitu, ia telah siap dengan rencana yang telah disusun sebelumnya. Para abdinya menemani Pinang Masak di luar kamar.
Malam pun semakin larut. Tan Talanai semakin senang. Sebentar lagi Pinang Masak akan menjadi istrinya. Ia tidak tau bahwa ada siasat yang dilakukan Pinang Masak. Senyum Tan Talanai semakin lebar ketika melihat pembangunan istananya akan segera berakhir.
Pinang Masak diam-diam keluar dari kamarnya. Para abdinya tertidur dengan nyenyak. Ia tersenyum memandangi wajah para abdinya yang dengan ikhlas membantunya menjalankan kerajaan. Kakinya melangkah pasti menuju halaman belakang istana.
Tanpa bersuara, Pinang Masak menyalakan api di kendang ayam. Seolah diberi komando, ayam-ayam itu terbangun dan segera berkokok dengan ramai. Kokokan ayam itu terdengar hingga telinga Tan Talanai.
Tentu saja Tan Talanai terkejut mendengar kokok ayam, ia memandang langit yang masih gelap dan belum ada tanda-tanda fajar akan segera muncul. Namun kokokan ayam sudah riuh terdengar ramai di penjuru istana.
“Berhenti ! Berhenti semua. Kita kalah.”wajah Talanai sedih. Ia berjalan menuju istana tempat Pinang Masak beristirahat.
“Anda kalah, Tuan.”sambut Pinang Masak melihat raut wajah sedih Talanai.
“Kau benar. Aku tak mengerti mengapa ayam-ayam itu berkokok padahal langit masih hitam dan gelap.” Ucap Talanai merasa curiga.
“Semuanya telah ditentukan Sang Kuasa.”
“Baiklah, aku akan menerima kekalahan ini.” Ujar Talanai lesu.
“Kalau begitu, Tuan boleh meninggalkan tempat ini sekarang juga. Karena sebelumnya kita telah bersepakat, Tuan.”
“Ya.”Talanai terperanjat. “Aku akan pergi dari sini. Terima kasih untuk kesempatan yang kau berikan padaku. Kuberikan kerajaanku padamu. Keinginanmu tercapai, Putri. Kau telah mengembangkan kerajaanmu dalam waktu semalam.”
“Terima kasih, Tuan. Aku anggap itu sanjungan. Aku tahu bahwa Tuan adalah laki-laki sejati. Aku sangat berterima kasih dengan sikapmu. Aku berjanji akan mengembangkan kerajaan yang telah menjadi milikku dengan sebaik-baiknya.”
Tak berapa lama, Tan Talanai meninggalkan kerajaan yang dikuasai Pinang Masak. Wajah sedih terbaca di raut para prajurit. Kini mereka memiliki pemimpin yang berbeda, yakni Pinang Masak.
Diceritakan bahwa Tan Talanai kembali ke negerinya di luar wilayah Nusantara. Sementara itu, Pinang Masak memimpin kerajaan yang sangat besar. Nama Pinang Masak pun semakin luas terdengar ke berbagai penjuru. Namanya terkenal hingga ke wilayah Jawa. Pinang yang dikenal dalam bahasa Jawa dengan nama Jambe, semakin mengekalkan nama kota Jambi sebagai lintasan perdagangan di wilayah yang besa
Posting Komentar untuk "Cerita Rakyat Jambi : Putri Cantik Pinang Masak"