Cerita Rakyat - Putri Malika dan Putri Anggun
Putri Malika adalah putri dari pejabat paling terkenal di Kerajaan Poporak. Wajahnya yang cantik jelita di tambah dengan kepribadiannya yang baik, menjadikan Putri Malika sebagai putri yang paling banyak di cari untuk di jadikan istri, baik menjadi istri raja, pangeran, mau pun pejabat negara. Kecantikannya tersohor hingga ke seluruh negeri, bukan hanya di Poporak saja.
Putri Malika sering kali berjalan di pasar, sekedar membeli beberapa buku dan bunga segar. Selain bersifat baik, Putri Malika juga di kenal pintar. Banyak sekali koleksi bukunya di rumah mulai dari politik sampai dengan seni rupa.
Suatu pagi, Putri Malika berjalan menyusuri pasar yang hiruk pikuk ramainya. Ia sedang memilih bunga segar untuk menggantikan bunga yang telah layu di kamarnya.
"Paman, bunga yang ini baru di petik tadi pagi ?"
"Iya, putri. Para petani bunga memetik dan mengirimnya selalu di pagi hari."
"Kalau begitu, aku mau bunga yang seperti biasanya." Putri Malika melihat sebuah vas yang terbuat dari rotan di cat keemasan. Namun rupanya ada tangan lain yang ingin menjangkaunya.
"Ini berapa ya, Pak ?"
"Ah itu 30 sen saja, tuan muda."
"Baiklah tolong sekalian dengan serumpun bunga."
"Akan segera saya siapkan."
Tuan muda itu tampak melihat - lihat jenis vas bunga yang lain tanpa memperhatikan adanya Putri Malika di sampingnya.
"Apakah tuan bukan berasal dari sini ?"tanya Putri Malika.
"Oh iya, saya dari kerajaan seberang. Saya baru tiba di sini tadi malam."
"Oooh begitu rupanya. Kios bunga ini adalah yang terbaik di sini, tuan."
"Begitu ya. Apakah nona juga sering membeli di sini ?"
"Iya. Setiap akhir pekan saya selalu membeli bunga segar di kios paman ini. Kalau begitu, saya pergi dulu ya, tuan."
"Baik, silahkan pergi dengan hati - hati."
Putri Malika melanjutkan perjalanannya menuju rumahnya. Setelah sampai, ia segera mengganti bunga layu di kamarnya dengan bunga yang baru.
"Malika, putriku."
"Iya, ibu."
"Nanti malam akan ada perjamuan antar pejabat di Kerajaan Poporak. Ada tamu dari jauh juga. Nanti tolong dandan yang rapi ya. Ibu sudah menyiapkan pakaiannya di atas lemari."
"Baiklah, bu."
Menjelang sore hari, Putri Malika segera mandi. Ia bersiap merapikan diri untuk berjumpa dengan teman - teman ayah dan ibunya di perjamuan. Para dayang di rumahnya pun sudah menyiapkan tempat perjamuan dengan segala bentuk dan macamnya. Hingga tiba malam hari, para tamu perjamuan telah mulai berdatangan satu per satu. Kebanyakan memang anggota pejabat kerajaan. Mereka ada yang bersama dengan putra dan putrinya yang juga ingin berkunjung di kerajaan Poporak.
"Malika, putriku. Ini perkenalkan Putri Anggun dari Sonde."
"Perkenalkan aku Putri Malika."
"Senang berkenalan denganmu, aku Putri Anggun."
"Semoga kita bisa berteman baik. Ingin berkeliling rumahku ?"
"Tentu saja ingin."
"Ayo."
Putri Malika dan Putri Anggun berjalan sambil bercengkrama sambil duduk di bawah pohon yang telah di beri hiasan lampu. Di sana pun telah di suguhi makanan dan minuman.
"Putri Malika, apakah putri tahu bahwa Pangeran Adiyaksa berkunjung ke perjamuan ini juga ?"
"Benarkah ? Bukankah itu pangeran yang banyak di ceritakan oleh para putri pejabat ?"
"Benar sekali. Rupanya putri tahu juga ya. Apakah putri pernah melihatnya ?"
"Belum. Mungkin malam ini aku bisa melihat wajahnya. Apakah Putri Anggun pernah melihatnya ?"
"Hehe. Aku pernah berjumpa dengannya di istana. Wajahnya benar - benar tampan."
"Putri menaruh hati padanya ?"
"Bisa di bilang seperti itu."jawab Putri Anggun tersipu malu.
"Kalau begitu nanti akan aku sediakan tempat untuk Putri Anggun dan Pangeran Adiyaksa untuk bisa bersantai bertukar pendapat."
"Memangnya boleh seperti itu ?"
"Tentu saja itu hal mudah bagiku."
"Tapi, apakah Putri Malika nanti tidak jatuh cinta pada Pangeran Adiyaksa ?"
"Jika temanku menyukainya, maka aku akan mempersilahkannya."
Baca juga Cerita Rakyat - Kisah Siput dan Laba laba
Putri Malika sering kali berjalan di pasar, sekedar membeli beberapa buku dan bunga segar. Selain bersifat baik, Putri Malika juga di kenal pintar. Banyak sekali koleksi bukunya di rumah mulai dari politik sampai dengan seni rupa.
Suatu pagi, Putri Malika berjalan menyusuri pasar yang hiruk pikuk ramainya. Ia sedang memilih bunga segar untuk menggantikan bunga yang telah layu di kamarnya.
"Paman, bunga yang ini baru di petik tadi pagi ?"
"Iya, putri. Para petani bunga memetik dan mengirimnya selalu di pagi hari."
"Kalau begitu, aku mau bunga yang seperti biasanya." Putri Malika melihat sebuah vas yang terbuat dari rotan di cat keemasan. Namun rupanya ada tangan lain yang ingin menjangkaunya.
"Ini berapa ya, Pak ?"
"Ah itu 30 sen saja, tuan muda."
"Baiklah tolong sekalian dengan serumpun bunga."
"Akan segera saya siapkan."
Tuan muda itu tampak melihat - lihat jenis vas bunga yang lain tanpa memperhatikan adanya Putri Malika di sampingnya.
"Apakah tuan bukan berasal dari sini ?"tanya Putri Malika.
"Oh iya, saya dari kerajaan seberang. Saya baru tiba di sini tadi malam."
"Oooh begitu rupanya. Kios bunga ini adalah yang terbaik di sini, tuan."
"Begitu ya. Apakah nona juga sering membeli di sini ?"
"Iya. Setiap akhir pekan saya selalu membeli bunga segar di kios paman ini. Kalau begitu, saya pergi dulu ya, tuan."
"Baik, silahkan pergi dengan hati - hati."
Putri Malika melanjutkan perjalanannya menuju rumahnya. Setelah sampai, ia segera mengganti bunga layu di kamarnya dengan bunga yang baru.
"Malika, putriku."
"Iya, ibu."
"Nanti malam akan ada perjamuan antar pejabat di Kerajaan Poporak. Ada tamu dari jauh juga. Nanti tolong dandan yang rapi ya. Ibu sudah menyiapkan pakaiannya di atas lemari."
"Baiklah, bu."
Menjelang sore hari, Putri Malika segera mandi. Ia bersiap merapikan diri untuk berjumpa dengan teman - teman ayah dan ibunya di perjamuan. Para dayang di rumahnya pun sudah menyiapkan tempat perjamuan dengan segala bentuk dan macamnya. Hingga tiba malam hari, para tamu perjamuan telah mulai berdatangan satu per satu. Kebanyakan memang anggota pejabat kerajaan. Mereka ada yang bersama dengan putra dan putrinya yang juga ingin berkunjung di kerajaan Poporak.
"Malika, putriku. Ini perkenalkan Putri Anggun dari Sonde."
"Perkenalkan aku Putri Malika."
"Senang berkenalan denganmu, aku Putri Anggun."
"Semoga kita bisa berteman baik. Ingin berkeliling rumahku ?"
"Tentu saja ingin."
"Ayo."
Putri Malika dan Putri Anggun berjalan sambil bercengkrama sambil duduk di bawah pohon yang telah di beri hiasan lampu. Di sana pun telah di suguhi makanan dan minuman.
"Putri Malika, apakah putri tahu bahwa Pangeran Adiyaksa berkunjung ke perjamuan ini juga ?"
"Benarkah ? Bukankah itu pangeran yang banyak di ceritakan oleh para putri pejabat ?"
"Benar sekali. Rupanya putri tahu juga ya. Apakah putri pernah melihatnya ?"
"Belum. Mungkin malam ini aku bisa melihat wajahnya. Apakah Putri Anggun pernah melihatnya ?"
"Hehe. Aku pernah berjumpa dengannya di istana. Wajahnya benar - benar tampan."
"Putri menaruh hati padanya ?"
"Bisa di bilang seperti itu."jawab Putri Anggun tersipu malu.
"Kalau begitu nanti akan aku sediakan tempat untuk Putri Anggun dan Pangeran Adiyaksa untuk bisa bersantai bertukar pendapat."
"Memangnya boleh seperti itu ?"
"Tentu saja itu hal mudah bagiku."
"Tapi, apakah Putri Malika nanti tidak jatuh cinta pada Pangeran Adiyaksa ?"
"Jika temanku menyukainya, maka aku akan mempersilahkannya."
Baca juga Cerita Rakyat - Kisah Siput dan Laba laba
Saat itu, pucuk di tiba ulam pun tiba. Sosok pangeran berwajah tampan mendatangi tempat duduk Putri Malika dan Putri Anggun.
"Ssstt.. Putri, itu Pangeran Adiyaksa yang aku ceritakan."bisik Putri Anggun.
"Perkenalkan, saya Pangeran Adiyaksa. Apakah kalian berdua Putri Anggun dan Putri Malika ?"
Putri Malika cukup terkejut dengan Pangeran Adiyaksa, ini merupakan orang yang di temuinya tadi di pasar saat membeli bunga.
"Pangeran ini bukankah yang tadi membeli vas rotan di kios bunga di pasar ?"
"Oh, ini nona yang tadi membeli bunga ?"
"Iya, saya Putri Malika. Ini Putri Anggun."
"Mohon maaf jika saya tidak mengenali putri dari tuan rumah yang ingin saya kunjungi."
"Tidak masalah. Nah, silahkan duduk. Ini ada makanan dan minuman yang sudah di sediakan untuk tamu perjamuan malam ini."
"Pangeran datang seorang diri ?"tanya Putri Anggun.
"Tidak. Saya datang bersama rombongan pejabat dari Kerajaan Krosa. Hanya saja saya datang sendiri untuk menjumpai tuan putri berdua."
"Apakah Pangeran sudah mempunyai kekasih hati ?"
Putri Malika cukup tercengang. Putri Anggun sangat terang - terangan menanyakan perihal pribadi Pangeran Adiyaksa.
"Sudah, putri."
"Oooh.."
"Apakah ia seorang putri juga ?"tanya Putri Malika.
"Ya benar dia seorang putri juga. Putri terkenal dari kerajaan tempat saya mengabdi."
Setelah mendengar jawaban tersebut, tidak ada percakapan lagi antara mereka berdua. Putri Anggun langsung merasa patah hati seketika. Putri Malika mencoba bertanya hal - hal sepele pada Pangeran Adiyaksa. Rupanya Putri Anggun tidak bersemangat lagi untuk menimbrung pada percakapan tersebut.
"Ssstt.. Putri, itu Pangeran Adiyaksa yang aku ceritakan."bisik Putri Anggun.
"Perkenalkan, saya Pangeran Adiyaksa. Apakah kalian berdua Putri Anggun dan Putri Malika ?"
Putri Malika cukup terkejut dengan Pangeran Adiyaksa, ini merupakan orang yang di temuinya tadi di pasar saat membeli bunga.
"Pangeran ini bukankah yang tadi membeli vas rotan di kios bunga di pasar ?"
"Oh, ini nona yang tadi membeli bunga ?"
"Iya, saya Putri Malika. Ini Putri Anggun."
"Mohon maaf jika saya tidak mengenali putri dari tuan rumah yang ingin saya kunjungi."
"Tidak masalah. Nah, silahkan duduk. Ini ada makanan dan minuman yang sudah di sediakan untuk tamu perjamuan malam ini."
"Pangeran datang seorang diri ?"tanya Putri Anggun.
"Tidak. Saya datang bersama rombongan pejabat dari Kerajaan Krosa. Hanya saja saya datang sendiri untuk menjumpai tuan putri berdua."
"Apakah Pangeran sudah mempunyai kekasih hati ?"
Putri Malika cukup tercengang. Putri Anggun sangat terang - terangan menanyakan perihal pribadi Pangeran Adiyaksa.
"Sudah, putri."
"Oooh.."
"Apakah ia seorang putri juga ?"tanya Putri Malika.
"Ya benar dia seorang putri juga. Putri terkenal dari kerajaan tempat saya mengabdi."
Setelah mendengar jawaban tersebut, tidak ada percakapan lagi antara mereka berdua. Putri Anggun langsung merasa patah hati seketika. Putri Malika mencoba bertanya hal - hal sepele pada Pangeran Adiyaksa. Rupanya Putri Anggun tidak bersemangat lagi untuk menimbrung pada percakapan tersebut.
Posting Komentar untuk "Cerita Rakyat - Putri Malika dan Putri Anggun"