Cerita Seram - Siapa Sosok Tinggi di Parkiran Kantor ?
Aku adalah salah satu karyawan swasta di perusahaan tempatku bekerja. Aku mengekos di kosan khusus putri di dekat perusahaan. Untuk menghemat uang transportasi, aku sengaja mencari kosan yang dekat dan di sekitarnya banyak tempat makan.
Malam itu, aku sedang lembur karena tiba - tiba saja atasanku meminta mengerjakan pekerjaannya dengan segera. Saat itu, aku menyegerakan pekerjaanku agar lembur ini cepat selesai dan aku bisa pulang untuk beristirahat.
Baca juga Cerita Seram Ketika Praktek Lapangan
"Mirna, file yang ini tolong di fotokopi 10 lembar ya."kata atasanku, Pak Wiro.
"Baik, pak."
Aku mengambil lembaran file kertas yang di berikan Pak Wiro. Aku berjalan menuju ruang fotokopi perusahaan dan menyalakan mesin fotokopi. Ruangan ini memiliki satu jendela kaca yang bening, sehingga mudah bagiku untuk melihat keluar ruangan. Ruangan ini berhadapan dengan tempat parkir kendaraan karyawan. Sesaat aku melihat bayangan hitam yang sepertinya sedang menatap ke ruangan fotokopi ini. Sosok itu tidak terlalu jelas.
"Siapa sih malem gini berdiri di parkiran ?"tanyaku sendiri.
Malam itu yang lembur hanya aku dan atasanku saja. Kalau pun ada orang lain, itu pasti adalah satpam yang berkeliling di luar.
Karena penasaran, aku mencoba mendekati jendela kaca itu. Sosok itu lumayan tinggi mendekati atap tempat parkir sepeda motor. Aku memperhatikan dia yang terus menatap ke arah ruangan tempatku berdiri. Sekelebat bayangan hitam lewat di depan jendela itu. Kemudian sosok tinggi di parkiran itu pun menghilang. Aku tertegun. Kemudian aku melanjutkan mengecek salinan file yang di minta Pak Wiro. Malam itu, sekitar pukul sembilan, aku baru pulang ke kosanku. Aku langsung membersihkan diri dan mandi sesaat setelah tiba di kosan. Setelah itu, aku langsung tidur.
Keesokan paginya, aku mengecek handphone ku yang terus berdering. Aku membuka grup whatsapp kantorku. Mataku yang semula masih mengantuk, langsung terbelalak lebar. Grup kantor ramai sekali pagi itu membicarakan perihal Pak Wiro yang meninggal secara tiba - tiba dan menggenaskan. Berdasarkan informasi di grup, Pak Wiro meninggal tadi malam saat sedang dalam perjalanan menuju rumahnya dari kantor. Pak Wiro yang biasanya cekatan menyetir mobil dan selalu berhati - hati, entah mengapa malam itu mengalami kecelakaan tragis. Mobilnya keluar melewati jembatan besar dan terjun ke sungai.
"Mirna, kamu kan semalem yang lembur bareng Pak Wiro ?"tanya teman sekantorku, Ella.
"Iya. Semalem tuh Pak Wiro baik - baik aja. Gak sakit gak apa."jawabku.
"Mungkin Pak Wiro kecapekan ya abis lembur."
"Biasanya beliau lembur sampe jam sepuluh malem loh, terus besoknya masuknya lebih dulu dari pada aku."
"Iya sih. Mungkin emang udah waktunya."
Hari itu, kantorku di liburkan satu hari. Kami semua melayat ke rumah Pak Wiro. Pemakamannya di laksanakan siang hari. Beberapa dari kami pulang duluan. Aku menunggu pemakaman selesai dan aku pun langsung pulang.
"Besok, tolong kembali bekerja seperti biasa. Untuk posisi Pak Wiro, akan saya yang handle."kata Pak Indro sebelum kami semua pulang. Kami mengangguk mengerti.
Malam itu, hujan mengguyur bumi dengan derasnya. Petir menyambar dan geluduk bergemuruh. Malam itu, listrik padam. Aku mencari - cari lilin. Tidak lama, aku mendapatkan lilin dan segera menyalakannya dengan korek api. Cahaya lilin itu menerangi ruangan kosanku. Sesaat aku melihat orang yang mengintip dari jendela kamar kosanku.
"Siapa itu?"teriakku.
Aku segera membuka pintu kamar dan melihat keluar. Tidak ada siapa - siapa. Hanya ada ibu kosan yang sedang duduk main hp di luar kamarku. Memang kosan khusus putri ini ada ruangan untuk menonton tv yang biasa di gunakan untuk duduk santai para penghuni kosan.
"Ada apa Nak Mirna teriak - teriak ?"tanya ibu kos bingung.
"Tadi ada yang mengintip jendela kamar saya bu."jawabku masih celingukan.
"Masa sih ? Dari tadi ibu nonton di sini, kayanya gak ada yang lewat loh."
"Beneran bu tadi saya lihat."
"Waduh, jangan bikin ibu takut dong. Mungkin itu cuma perasaan nak Mirna aja."
"Yaudah deh bu, mungkin perasaan aja ya. Yaudah deh, Mirna masuk lagi ya bu."
Aku segera masuk dan mengunci pintu kamarku. Aku menutup jendela kamarku rapat - rapat. Sedikitpun tak ku beri celah.
Esok paginya, aku sudah sampai di kantor. Teman - temanku sudah mulai bekerja. Aku mengerjakan pekerjaanku seperti biasa. Malam harinya, lagi - lagi aku lembur di kantor. Kali ini aku lembur dengan Pak Indro yang menggantikan posisi Pak Wiro.
"Pak, tugasnya sudah saya selesaikan. Saya pamit pulang dulu ya, Pak."
"Oke, hati - hati ya."
Aku pun melanjutkan langkah kakiku untuk keluar kantor. Saat itu, aku mencoba melirik ke arah tempat parkir. Ternyata sosok tinggi itu lagi - lagi ada di sana. Aku melihat ke kanan dan ke kiri. Tidak ada siapa - siapa.
"Tolong..."terdengar suara lirih dan mengiba.
Jantungku terdegup dengan kencang. Aku mencari arah suara itu.
"Siapa itu ?"
"Tolong....Mirna...."suara itu terdengar menyebut namaku.
"Hei, apa kamu yang di parkiran sana yang minta tolong ?"
"Tolong...."
Bulu kudukku seketika merinding. Sosok tinggi hitam itu perlahan berjalan menuju tempatku berdiri. Kakiku tak bisa bergerak sedikit pun. Sosok itu bergerak lebih cepat dari sebelumnya, kini ia telah berada tepat di depan wajahku. Aku yang tak bisa berkedip, melihat wajah sosok itu dengan jelas. Sosok itu benar - benar tinggi. Badannya berbau busuk. Wajahnya hancur tak berbentuk. Sungguh mengerikan.
"Tolong..."katanya lagi mendesis. "Tolong....hahahahaha..."sosok itu tertawa terbahak - bahak.
"Mirna !"teriak Pak Indro.
Aku terkesiap. Sosok itu tiba - tiba menghilang dari pandangan.
"Ngapain kamu berdiri di situ sendirian ? Nanti bisa - bisa kamu kesambet."
"Pak..."badanku gemetaran. "Tadi ada...setan di ..sini.."
"Setan ?"
"...I..yaa..."
"Waduh, ayo kita langsung pulang. Ini saya sudah sering minta ke Pak Wiro saat beliau masih hidup, bahwa jangan melemburkan karyawan di atas jam delapan terlalu sering. Di sini memang ada penghuninya gitu kata satpam dan warga sekitar. Makanya saya juga jarang banget lembur. Tapi Pak Wiro tetep bersikukuh lembur. Lain kali, kalo lembur jangan keluar sendirian ya. Terus jangan bengong di jalan. Katanya juga si penghuni bisa ngikutin sampe ke rumah tinggal karyawan. Makanya kamu hati - hati ya."
Semenjak kejadian itu, aku tak pernah kerja lembur lagi. Jika ada pekerjaan yang belum terselesaikan, maka aku akan memilih opsi mengerjakannya esok hari dengan berangkat lebih pagi. Dan aku memilih untuk tinggal dengan teman sekantorku di kosanku, supaya aku tak lagi sendirian dan ketakutan.
PERHATIAN !
Cerita di atas hanyalah karangan semata, bukan cerita asli.
Malam itu, aku sedang lembur karena tiba - tiba saja atasanku meminta mengerjakan pekerjaannya dengan segera. Saat itu, aku menyegerakan pekerjaanku agar lembur ini cepat selesai dan aku bisa pulang untuk beristirahat.
Baca juga Cerita Seram Ketika Praktek Lapangan
"Mirna, file yang ini tolong di fotokopi 10 lembar ya."kata atasanku, Pak Wiro.
"Baik, pak."
Aku mengambil lembaran file kertas yang di berikan Pak Wiro. Aku berjalan menuju ruang fotokopi perusahaan dan menyalakan mesin fotokopi. Ruangan ini memiliki satu jendela kaca yang bening, sehingga mudah bagiku untuk melihat keluar ruangan. Ruangan ini berhadapan dengan tempat parkir kendaraan karyawan. Sesaat aku melihat bayangan hitam yang sepertinya sedang menatap ke ruangan fotokopi ini. Sosok itu tidak terlalu jelas.
"Siapa sih malem gini berdiri di parkiran ?"tanyaku sendiri.
Malam itu yang lembur hanya aku dan atasanku saja. Kalau pun ada orang lain, itu pasti adalah satpam yang berkeliling di luar.
Karena penasaran, aku mencoba mendekati jendela kaca itu. Sosok itu lumayan tinggi mendekati atap tempat parkir sepeda motor. Aku memperhatikan dia yang terus menatap ke arah ruangan tempatku berdiri. Sekelebat bayangan hitam lewat di depan jendela itu. Kemudian sosok tinggi di parkiran itu pun menghilang. Aku tertegun. Kemudian aku melanjutkan mengecek salinan file yang di minta Pak Wiro. Malam itu, sekitar pukul sembilan, aku baru pulang ke kosanku. Aku langsung membersihkan diri dan mandi sesaat setelah tiba di kosan. Setelah itu, aku langsung tidur.
Keesokan paginya, aku mengecek handphone ku yang terus berdering. Aku membuka grup whatsapp kantorku. Mataku yang semula masih mengantuk, langsung terbelalak lebar. Grup kantor ramai sekali pagi itu membicarakan perihal Pak Wiro yang meninggal secara tiba - tiba dan menggenaskan. Berdasarkan informasi di grup, Pak Wiro meninggal tadi malam saat sedang dalam perjalanan menuju rumahnya dari kantor. Pak Wiro yang biasanya cekatan menyetir mobil dan selalu berhati - hati, entah mengapa malam itu mengalami kecelakaan tragis. Mobilnya keluar melewati jembatan besar dan terjun ke sungai.
"Mirna, kamu kan semalem yang lembur bareng Pak Wiro ?"tanya teman sekantorku, Ella.
"Iya. Semalem tuh Pak Wiro baik - baik aja. Gak sakit gak apa."jawabku.
"Mungkin Pak Wiro kecapekan ya abis lembur."
"Biasanya beliau lembur sampe jam sepuluh malem loh, terus besoknya masuknya lebih dulu dari pada aku."
"Iya sih. Mungkin emang udah waktunya."
Hari itu, kantorku di liburkan satu hari. Kami semua melayat ke rumah Pak Wiro. Pemakamannya di laksanakan siang hari. Beberapa dari kami pulang duluan. Aku menunggu pemakaman selesai dan aku pun langsung pulang.
"Besok, tolong kembali bekerja seperti biasa. Untuk posisi Pak Wiro, akan saya yang handle."kata Pak Indro sebelum kami semua pulang. Kami mengangguk mengerti.
Malam itu, hujan mengguyur bumi dengan derasnya. Petir menyambar dan geluduk bergemuruh. Malam itu, listrik padam. Aku mencari - cari lilin. Tidak lama, aku mendapatkan lilin dan segera menyalakannya dengan korek api. Cahaya lilin itu menerangi ruangan kosanku. Sesaat aku melihat orang yang mengintip dari jendela kamar kosanku.
"Siapa itu?"teriakku.
Aku segera membuka pintu kamar dan melihat keluar. Tidak ada siapa - siapa. Hanya ada ibu kosan yang sedang duduk main hp di luar kamarku. Memang kosan khusus putri ini ada ruangan untuk menonton tv yang biasa di gunakan untuk duduk santai para penghuni kosan.
"Ada apa Nak Mirna teriak - teriak ?"tanya ibu kos bingung.
"Tadi ada yang mengintip jendela kamar saya bu."jawabku masih celingukan.
"Masa sih ? Dari tadi ibu nonton di sini, kayanya gak ada yang lewat loh."
"Beneran bu tadi saya lihat."
"Waduh, jangan bikin ibu takut dong. Mungkin itu cuma perasaan nak Mirna aja."
"Yaudah deh bu, mungkin perasaan aja ya. Yaudah deh, Mirna masuk lagi ya bu."
Aku segera masuk dan mengunci pintu kamarku. Aku menutup jendela kamarku rapat - rapat. Sedikitpun tak ku beri celah.
Esok paginya, aku sudah sampai di kantor. Teman - temanku sudah mulai bekerja. Aku mengerjakan pekerjaanku seperti biasa. Malam harinya, lagi - lagi aku lembur di kantor. Kali ini aku lembur dengan Pak Indro yang menggantikan posisi Pak Wiro.
"Pak, tugasnya sudah saya selesaikan. Saya pamit pulang dulu ya, Pak."
"Oke, hati - hati ya."
Aku pun melanjutkan langkah kakiku untuk keluar kantor. Saat itu, aku mencoba melirik ke arah tempat parkir. Ternyata sosok tinggi itu lagi - lagi ada di sana. Aku melihat ke kanan dan ke kiri. Tidak ada siapa - siapa.
"Tolong..."terdengar suara lirih dan mengiba.
Jantungku terdegup dengan kencang. Aku mencari arah suara itu.
"Siapa itu ?"
"Tolong....Mirna...."suara itu terdengar menyebut namaku.
"Hei, apa kamu yang di parkiran sana yang minta tolong ?"
"Tolong...."
Bulu kudukku seketika merinding. Sosok tinggi hitam itu perlahan berjalan menuju tempatku berdiri. Kakiku tak bisa bergerak sedikit pun. Sosok itu bergerak lebih cepat dari sebelumnya, kini ia telah berada tepat di depan wajahku. Aku yang tak bisa berkedip, melihat wajah sosok itu dengan jelas. Sosok itu benar - benar tinggi. Badannya berbau busuk. Wajahnya hancur tak berbentuk. Sungguh mengerikan.
"Tolong..."katanya lagi mendesis. "Tolong....hahahahaha..."sosok itu tertawa terbahak - bahak.
"Mirna !"teriak Pak Indro.
Aku terkesiap. Sosok itu tiba - tiba menghilang dari pandangan.
"Ngapain kamu berdiri di situ sendirian ? Nanti bisa - bisa kamu kesambet."
"Pak..."badanku gemetaran. "Tadi ada...setan di ..sini.."
"Setan ?"
"...I..yaa..."
"Waduh, ayo kita langsung pulang. Ini saya sudah sering minta ke Pak Wiro saat beliau masih hidup, bahwa jangan melemburkan karyawan di atas jam delapan terlalu sering. Di sini memang ada penghuninya gitu kata satpam dan warga sekitar. Makanya saya juga jarang banget lembur. Tapi Pak Wiro tetep bersikukuh lembur. Lain kali, kalo lembur jangan keluar sendirian ya. Terus jangan bengong di jalan. Katanya juga si penghuni bisa ngikutin sampe ke rumah tinggal karyawan. Makanya kamu hati - hati ya."
Semenjak kejadian itu, aku tak pernah kerja lembur lagi. Jika ada pekerjaan yang belum terselesaikan, maka aku akan memilih opsi mengerjakannya esok hari dengan berangkat lebih pagi. Dan aku memilih untuk tinggal dengan teman sekantorku di kosanku, supaya aku tak lagi sendirian dan ketakutan.
PERHATIAN !
Cerita di atas hanyalah karangan semata, bukan cerita asli.
Posting Komentar untuk "Cerita Seram - Siapa Sosok Tinggi di Parkiran Kantor ?"